Duh, Me Time Muncul Saat Jam Kerja, Bagaimana Sih Cara Menyikapinya?

Workplace, Rabu, 24/12/2014 16:00 WIB

Duh, Me Time Muncul Saat Jam Kerja, Bagaimana Sih Cara Menyikapinya?

Sering kali, keinginan me time muncul tiba-tiba. Bisa saja terjadi saat jam kerja lho. Lalu bagaimana dong?
Duh, Me Time Muncul Saat Jam Kerja, Bagaimana Sih Cara Menyikapinya?
Sering merasa jenuh dengan pekerjaan dan butuh waktu untuk menyenangkan diri? Mungkin kamu butuh me time!
Istilah me time dipahami secara umum sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menyenangkan atau memanjakan diri, misalnya liburan, belanja, ke salon, melakukan hobimu, dan lain sebagainya. Namun, dari sudut pandang psikologi, apakah sebenarnya me time ini?


Rudi Widiyanto, M.Psi., Psikolog, mengatakan bahwa me time bisa juga disebut sebagai off time. “Yaitu ketika kita melakukan aktivitas yang menyenangkan untuk refresh kembali energi dan daya imajinasi kita,” ujarnya. Ia melanjutkan, dalam bahasa Indonesia, aktivitas tersebut disebut sebagai rekreasi. Merupakan serapan dari kata bahasa Inggris re-creation. “Artinya, setelah melakukan aktivitas tersebut, kita dapat mengkreasikan kembali kegiatan rutin kita,” papar People Development Manager ECC UGM ini.


Perlukah me time itu?


Ipak Ayu Hidayatullah Nurcaya, reporter Bisnis Indonesia, mengungkapkan, semua orang tentu membutuhkan me time. Menurutnya, walaupun manusia diciptakan untuk bersosialisasi dengan orang lain dan tidak bisa hidup tanpa orang lain, me time sangat diperlukan. “Ada kebutuhan diri yang hanya diri itu sendiri yang mengerti cara memenuhinya,” ungkapnya.


Senada dengan yang dikatakan Ipak, Rudi menjelaskan bahwa setiap orang perlu memiliki me time. “Tubuh pun seperti mesin yang tidak dapat dipaksa delapan jam terus bekerja dengan satu jam istirahat siang setiap harinya,” ujarnya. Melakukan me time ini memang tidak harus sendirian saja. “Kita bisa menghabiskannya bersama teman, pasangan, calon pasangan, anak kita, atau sekadar menekuni hobi,” lanjut psikolog ini.


Tetap menjaga produktivitas saat bekerja


Bagaimana jika keinginan me time datang di saat bekerja? Ipak mengatakan, dirinya berusaha untuk selalu menjunjung profesionalisme dengan lebih mengutamakan pekerjaan dibandingkan urgensi melakukan me time. “Saya cenderung tidak tenang kalau pekerjaan belum selesai tetapi sudah melakukan hal lain. Padahal me time kan butuh ketenangan,” ujarnya. Ia melanjutkan, “Ketenangan itu tidak boleh diganggu dengan apapun, termasuk pekerjaan. Jadi saya lebih baik menyelesaikan dulu kewajiban saya.”


Sedangkan Rudi punya solusi lain jika kamu memiliki urgensi me time yang cukup besar ketika masih harus bekerja. “Ada yang menyebutkan lebih baik istirahat 10 menit tetapi dilakukan sebanyak tiga kali dalam jam kerja itu lebih baik dibandingkan satu jam istirahat tetapi hanya sekali,” tukasnya. Ia menyarankan agar setiap orang memanfaatkan 10 menit tersebut dengan melemaskan tubuh. Bisa untuk berjalan ke toilet, membuat kopi, atau mi instan.


“Dapat pula dengan 'melancong' ke bilik tetangga. Yang biasanya meminta OB (office boy, -red) untuk mengantarkan sesuatu ke lantai bawah, kita bisa menjalankannya sendiri sambil melemaskan kaki,” sarannya. Menurutnya, cara-cara tersebut sangat efektif untuk kembali menyegarkan badan dan pikiran, tanpa harus meninggalkan tanggung jawab pekerjaan.


Rudi melanjutkan, dalam mengatur antara kebutuhan me time dan kewajiban bekerja, ada yang disebut sebagai swiss cheese approach. Artinya, tugas yang besar dikerjakan dengan memecahnya menjadi tugas yang kecil-kecil. Di antara tugas-tugas kecil itulah kita bisa sejenak rehat, off time, dan melakukan aktivitas ringan. “Bisa juga lho, dalam 10 menit melongok ke beberapa toko online lain-lain untuk sekadar mencari lipstik model baru,” jelas Rudi.


Pilih waktu yang tepat


Ipak mengatakan, ia memiliki kecenderungan untuk melakukan me time di akhir pekan. Menurutnya itu adalah waktu di mana ia bisa khusyuk dan tenang melakukan kegiatan untuk dirinya sendiri. “Tapi saya kan wartawan, jadi kadang akhir pekan pun masih ada piket pekerjaan,” paparnya.


Untuk mengantisipasi kesibukan di akhir pekan, ia memanfaatkan sela waktu setelah bekerja atau ketika hari biasa saat tidak ada liputan. “Saya sempatkan waktu tersebut untuk membaca buku, atau sekadar ngopi sendirian,” lanjutnya.


Rudi menyarankan agar me time ini bisa dilakukan kapan saja, asalkan porsi total waktunya tidak membuat waktu produktif seseorang menjadi berkurang. “Artinya kita lebih banyak menggunakan waktu untuk hal-hal konsumtif dan tidak produktif, itu justru menjadi indikasi tidak baik."


Cara terbaik untuk tetap melakukan me time tanpa mengganggu pekerjaan adalah dengan menjadikan pekerjaan itu bagian dari me time. “Jika sangat memerlukan me time yang banyak, artinya ketika berkarya kita merasa tidak menjadi diri sendiri. Untuk itulah diperlukan off time yang sangat banyak,” jelasnya. Menurut Rudi,  ketika pekerjaan itu membuat sesorang menjadi diri yang seutuhnya dan sebenarnya, maka di situlah ia tengah melakukan me time.


Karena itulah, seseorang disarankan untuk bekerja sesuai dengan passion. “Ketika kita menyenangi pekerjaan kita, maka kita tak lagi bekerja. Kita malah sedang bermain dan menjadi diri yang seutuhnya,” pungkasnya. Mungkin mirip dengan kata pepatah Confucius, si filsuf China, 'Choose a job you love, and you will never have to work a day in your life'. [CN]


Penulis           : Ratih Wilda O.
Editor           : Vinia Rizqi, Rifki Amelia
Grafis           : Tongki A.W.


Sumber :http://www.careernews.id/tips/view/3007-Duh-Me-Time-Muncul-Saat-Jam-Kerja-Bagaimana-Sih-Cara-Menyikapinya


Duh, Me Time Muncul Saat Jam Kerja, Bagaimana Sih Cara Menyikapinya? Duh, Me Time Muncul Saat Jam Kerja, Bagaimana Sih Cara Menyikapinya? Reviewed by dobling on 7:00 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.